Rabu, 15 Mei 2024
  • Pondok Pesantren Putri IMMIM Pangkep, Pesantren yang khusus menerima santri putri ini, kampusnya berada di bilangan jalan poros Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkep

Matan Jazariyah dan Terjemahnya – 3

Matan Jazariyah dan Terjemahnya - 3

Oleh: Muhammad Farid Wajdi

BLOGGURU – Untuk menghafalkan kaidah-kaidah Tajwid dalam Matan Jazariyah ini, dapat ditempuh dengan cara nadhoman secara bersama-sama. Pada Bagian pertama, Matan Jazariyah dan Terjemahnya – 1, telah termuat Bait 1-26, sedang Bagian kedua,  Matan Jazariyah dan Terjemahnya – 2, telah termuat Bait 27-43, Nah pada Bagian ketiga ini, Matan Jazariyah dan Terjemahnya – 3, termuat bait 44-61.

(44) … وَفَخِّم اللاَّمَ مِنِ اسْمِ اللَّهِ … عَنْ فَتْحٍ او ضَمٍ كَعَبْدُ اللَّهِ

Dan tebalkanlah suara huruf Lam pada lafazh “Allaah”, bila sebelum lafazh tersebut terdapat huruf yang berharakat fathah atau dhammah, seperti pada kata “’Abdullahi”. Adapun bila sebelumnya berharakat kasrah, maka huruf Lam dibaca tipis.

(45) … وَحَرْفَ الاِسْتِعْلاَءِ فَخِّمِ وَاخْصُصَا … الاِطْبَاقَ أَقْوَى نَحْوُ قَالَ وَالْعَصَا

Dan huruf-huruf Isti’la, tebalkanlah suaranya, karena kondisi asal mereka adalah tebal (tafkhim), lebih khusus lagi adalah huruf-huruf Ithbaq, maka mereka mesti lebih tebal lagi dan lebih kuat daripada huruf Isti’la yang bukan Ithbaq, contohnya seperti pada kata “Qaala” (huruf Isti’la yang bukan Ithbaq) dan “’Ashaa” (huruf Ithbaq).

(46) … وَبَيِّنِ الإِطْبَاقَ مِنْ أَحَطتُ مَعْ … بَسَطتَ وَالخُلْفُ بِنَخْلُقكُّمْ وَقَعْ

Bila huruf-huruf Ithbaq bertemu dengan huruf-huruf Infitah, maka jelaskanlah ketebalan sifat Ithbaq-nya, seperti pada kata “Ahath-tu” dan “Basath-ta”. Adapun pada kata “Nakhlukkum” maka terdapat perbedaan pendapat dimana sebagian Ulama membawakan riwayat dengan membacanya “Nakhlukkum” dan sebagian lagi membacanya “Nakhluqkum”.

(47) … وَاحْرِصْ علَىَ السُّكُونِ فِي جَعَلْنَا … أَنْعَمْتَ وَالمَغْضُوبِ مَعْ ضَلَلْنَا

Dan jaga baik-baik kejelasan huruf dan kesempurnaan sifat-sifatnya saat sukun, seperti pada kata “Ja’alnaa”, “An’amta”, “Al-Maghdhuub”, dan “Dhalalnaa”.

(48) … وَخَلِّصِ انْفِتَاحَ مَحْذُوراً عَسَى … خَوْفَ اشْتِبَاهِهِ بِمَحْظُوراً عَصَى

Lalu sempurnakanlah kejelasan sifat Infitah pada kata “Mahdzuuran” dan “‘Asaa”, khawatirnya akan menyerupai kata “Mahzhuuran” dan “‘Ashaa”. Maknanya, perjelas perbedaan antara huruf Dzal dengan Zha dan huruf Sin dengan Sha, juga huruf- huruf lain yang mirip agar maksud dan kandungan Al-Quran tidak berubah.

(49) … وَرَاعِ شِدَّةً بِكَافٍ وَبَتَا … كَشِرْكِكُمْ وَتَتَوَفَّى فِتْنَتَا

Dan peliharalah baik-baik sifat Syiddah yang terdapat pada huruf Kaf dan Ta. Jangan sampai Hams pada keduanya terlalu mendominasi sehingga menghilangkan sifat Syiddah pada keduanya. Sebagaimana dalam kalimat “Syirkikum”, jangan dibaca “Syirkhikhum”, “Tatawaffa” jangan dibaca “Cacawaffa”, dan “Fitnata” jangan dibaca “Ficnaca”.

(50) … وَأَوَّلَىْ مِثْلٍ وَجِنْسٍ إنْ سَكَنْ … أَدْغِمْ كَقُل رَّبِّ وَبَلَ لاَ وَأَبِنْ

Dan apabila ada dua huruf yang sama, atau sama makhrajnya namun beda sifatnya bertemu, dimana huruf yang pertama berada pada posisi sukun dan yang kedua berharakat, maka idgham-kanlah, yakni huruf pertama melebur kepada huruf yang kedua, seperti pada kata “Qul-Rabbi” yang dibaca “Qurrabbi” dan “Bal-la” yang dibaca “Balla”. Namun, izh-har-kanlah, maksudnya perjelas bunyi dari kedua huruf tersebut…

(51) … فِي يَوْمِ مَعْ قَالُوا وَهُمْ وَقُلْ نَعَمْ … سَبِّحْهُ لاَ تُزِغْ قُلُوبَ فَالْتَقَمْ

Bila huruf yang pertamanya adalah huruf Mad, seperti pada kata “Fii Yaum” tidak dibaca “Fiy Yaum”, juga kata “Qaalu Wahum” tidak dibaca “Qaaluw Wahum”. Begitu pun bila terjadi pertemuan antara huruf Lam dalam sebuah fi’il (kata kerja) dengan kata yang awal hurufnya berdekatan makhrajnya seperti pada kata “Qul Na’am” tidak dibaca “Qun Na’am”.

Perjelas juga suara kedua huruf yang berdekatan makhrajnya bila bertemu, seperti huruf Ha dan Ha pada kata “Sabih-hu” tidak dibaca “Sabbihhu”. Juga huruf Ghain dan Qaf seperti pada kata “Laa tuzigh quluuba” tidak dibaca “Laa tuziq quluuba”. Begitu pula bila huruf Lam yang terdapat pada kata kerja salam satu kata, mesti dibaca jelas, seperti pada kata “Iltaqam” tidak dibaca “Ittaqam.

(52) … وَالضَّادَ بِاسْتِطَالَةٍ وَمَخْرَجِ … مَيِّزْ مِنَ الظَّاءِ وَكُلُّهَا تَجِي

Dan huruf Dhad dengan sifat Istithalah-nya bedakanlah dengan huruf Zha dalam mengucapkan keduanya. Karena sebagian pembaca Al-Quran tidak bisa membedakan keduanya. Bahkan, karena sulitnya mengucapkan huruf Dhad, begitu banyak orang yang menggantinya –selain dengan huruf Zha- juga kadang menggantinya dengan Zay, Dal, atau Shad yang tercampur dengan Zay. Begitu pula huruf Zha, mesti jelas jangan sampai tercampur dengan suara selain huruf Zha, seperti Dzal, Zay, atau
selainnya. Dan seluruh huruf Zha dalam Al-Quran terdapat pada kalimat berikut:

(53) … في الظَّعْنِ ظِلَّ الظُهْرِ عُظْمِ الْحِفْظِ … أَيْقَظْ وَانْظُرْ عَظْمِ ظَهْرِ اللَّفْظِ

Pada kata (الظَّعْنِ) artinya rihlah/ berjalan, terdapat pada satu tempat yakni QS.
An-Nahl 16:80. Pada kata (الظِـلُّ) artinya naungan, terdapat pada 22 tempat, di
antaranya QS. Al-Baqarah 2:57 Kata (الظُهْـرِ) artinya zhuhur (siang hari), terdapat pada 2 tempat, di antaranya Qs. An-Nuur 24:58 [َوَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُم مِّنَ الظَّهِيرَةِ]. Kata (الُعُظْمُ) artinya
besar/ dahsyat. Terdapat pada 103 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2:7 [وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ]. Kata (الْحِفْـظِ) artinya menjaga, terdapat pada 42 tempat, salah satunya QS. Al-Baqarah, 2: 238 [َحَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ].

Kata (أيْقِـظْ) artinya bangun/ terjaga. Terdapat pada satu tempat yakni QS. Al-Kahfi 18:18 [وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا]. Kata (الإنظار) artinya penangguhan, terdapat pada 20 tempat,
di antaranya QS. Al-Baqarah 2:162 [َلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنظَرُونَ]. Kata (َالعَظْم ) artinya
tulang, terdapat pada 15 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2: 259 [وَانظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا]. Kata (الظَهْـرِ) artinya punggung, terdapat pada 16 tempat, salah satunya QS. Al-
Baqarah, 2: 101 [َوَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ]. Kata (اللَّـفْـظ) artinya lafazh (ucapan), terdapat
pada satu tempat yakni QS. Qaaf, 50:18 [مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ ]

(54) … ظَاهِرْ لَظَى شُوَاظِ كَظْمٍ ظَلَمَا … أُغْلُظْ ظَلامَ ظُفْرٍ انْتَظِرْ ظَمَا

Kata (َظَاهِرَ) artinya zhahir (fisik), terdapat pada banyak tempat dalam Al-Quran, salah satunya QS. Al-An’aam, 6: 120 [وَذَرُوا ظَاهِرَ الْإِثْمِ وَبَاطِنَهُ]. Kata (لَظَـى) artinya api yang menyala-nyala, terdapat pada 2 tempat, salah satunya QS. Al-Ma’arij, 70: 15 [كَلَّا ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ]. Kata (شُـوَاظُ) nyala/ kobaran, terdapat pada satu tempat yakni QS. Ar-Rahman, 55:35 [يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ]. Kata (كَـظْـمٍ) artinya menahan, terdapat pada 6 tempat, salah satunya QS. Ali ‘Imran, 3:134 [وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ]. Kata (الظلم) artinya zhalim, terdapat pada 288 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2: 35 [وَلَا تَقْرَبَا هَـٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ].

Kata (الغلظ) artinya kasar/ keras, terdapat pada 13 tempat, di antaranya QS. Ali ‘Imran, 3: 159 [ْوَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ ]. Kata (الظلَام), artinya kegelapan, terdapat pada 26 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2: 17 [َوَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَّا يُبْصِرُونَ]. Kata (ْظفر) artinya kuku/ cakar, terdapat pada satu tempat, yakni QS. Al-An’am, 6: 146 [وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِي ظُفُرٍ ]. Kata [الإنتظار] artinya menanti/ menunggu, terdapat pada 26 tempat, di antaranya QS. AL-Baqarah, 2: 210 [هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّا أَن يَأْتِيَهُمُ اللَّـهُ]. Kata (َالظمأ) artinya haus, terdapat pada 3 tempat, di antaranya QS. At-Tawbah, 9:120 [لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ].

(55) … أَظْفَرَ ظَنَّاً كَيْفَ جَا وَعَظْ سِوَى … عِضِينَ ظَلَّ النَّحْلُ زُخْرُفٍ سَوَا

Kata (الظفَر ) artinya kemenangan, terdapat pada satu tempat, yakni QS. Al-Fath, 48: 24 [ْمِن بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ]. Kata (الظن), artinya prasangka (bagaimana pun bentuknya dalam Al-Quran), terdapat pada 69 tempat, di antaranya, QS. Al-Ahzaab, 33:10 [وَتَظُنُّونَ بِاللَّـهِ الظُّنُونَا]. Kata (َالوَعْظ) artinya nasihat, terdapat pada 24 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2: 66 [وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ ] kecuali kata (عِضِيْن). QS. Al-Hijr, 15: 91 Dibaca dengan “Dhad”.

Kata (َّظل), artinya menjadi, terdapat pada 9 tempat, di antaranya pada An-Nahl (58) dan Az-Zukhruuf (17) [ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ],

(56) … وَظَلْتُ ظَلْتُمْ وَبِرُومٍ ظَلُّوا … كَالْحِجُرِ ظَلَّتْ شُعَرَا نَظَلُّ

Dan juga pada bentuk-bentuk berikut: Kata (ْظَـلَّـتْ) pada QS. Thaaha (97) [ ظلت عليه عاكفا]. Kata (ْظَلْـتُـمْ) pada QS. Al-Waaqi’ah (65) [فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ]. Dan pada QS. Ar-Ruum (51)dengan bentuk (لَّظَلُّوا مِن بَعْدِهِ يَكْفُرُونَ] juga pada QS. Al-Hijr (14) [ُ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ]. Dan dengan bentuk (ظلَّت) pada QS. Asy-Syu’ara (4) [َ فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ] dan bentuk (ََنَظَلُ) pada ayat (71) [ فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ]

(57) … يَظْلَلْنَ مَحْظُورَاً مَعَ المُحْتَظِر … وَكُنْتَ فَظَّاً وَجَمِيعٍ النَّظَرِ

Dan dengan bentuk (َيَظْلَلْـنَ) pada QS. Asy-Syuura (33) [فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَىٰ ظَهْرِهِ]

Kata (الحظر) artinya terhalang, terdapat pada satu tempat, yakni QS. Al-Isra, 17:20 [وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا]. Kata (مَحْظُورًا), artinya pohon dan duri-duri kering yang dijadikan kandang binatang, terdapat pada satu tempat, yakni QS. Al-Qamar (31) [فَكَانُوا كَهَشِيمِ الْمُحْتَظِرِ ]. Kata [ظا] terdapat pada Ali ‘Imran (159) [وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ]. Dan seluruh kata (النَّظر) yang artinya menyaksikan, terdapat pada 86 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2:50 [وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ]

(58) … إِلاَّ بِوَيْلٌ هَلْ و أَولَى نَاضِرَهْ … وَالْغَيْظِ لاَ الرَّعْدِ وَهُودٍ قَاصِرَهْ

Kecuali pada: “Waylun” (QS. Al-Muthaffifiin) [نَضْرَةَ النَعِيْم],“Hal” (QS. Al-Insaan)
[وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا]. Dan awal pada kata (نَّاضِرَةٌ) dalam QS. Al-Qiyaamah [ وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ], semuanya dibaca dengan “Dhad”.

Kata (الْغَيْـظُ) artinya marah/ dengki, terdapat pada 11 tempat, salah satunya QS. Ali ‘Imran, 3:119 [عَضُّواْ عَلَيْكُمُ الانامل مِنَ الغيظ ] selain pada: QS. Ar-Ra’du (8) [وَمَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ] dan QS. Huud (44) [ُوَغِيضَ الْمَاءُ]. Maka keduanya dibaca dengan “Dhad”.

(59) … وَالْحَظُّ لاَ الْحَضُّ عَلَى الطَّعَامِ … وَفي ضَنِينٍ الْخلاَفُ سَامِي

Dan semua al-hazhzhu (الْحَـظُّ) yang artinya balasan, terdapat pada 7 tempat, salah satunya QS. Ali ‘Imraan, 3: 176 [يُرِيدُ اللَّهُ أَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآخِرَةِ]. Semuanya dengan Zha kecuali jika disandingkan dengan (ٱلطعَام), yakni pada kalimat berikut: [وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ] QS. Al-Fajr ayat 18, Al-Haaqqah 34, dan Al-Maa’uun 3, semuanya dengan Dhad.

Dan pada kata (بِضَنِـيْـنٍ) pada QS. At-Takwir terjadi perbedaan pendapat di antara para
Qurra’ (ahli tajwid), apakah dengan Dhad atau Zha.

(60) … وَإِنْ تَلاَقَيَا البَيَانُ لاَزِمُ … أَنْقَضَ ظَهْرَكَ يَعَضُّ الظَّالِمُ

Dan jika keduanya (Dhad dan Zha) bertemu, maka wajib membaca keduanya dengan jelas (izhhar), seperti: (أَنْقَضَ ظَهْرَكَ) dan (يَعَضُّ الظَّالِمُ)

(61) … وَاضْطُرَّ مَعْ وَعَظْتَ مَعْ أَفَضْتُمُ … وَصَفِّ هَا جِبَاهُهُم عَلَيْهِمُ

Begitu juga wajib dibaca dengan jelas) pada pertemuan Dhad dan Tha seperti: kata (َّوَاضْطُـرَّ). Zha dengan Ta’ seperti: (وَعَظْتَ) dan Dhad dengan Ta seperti: (ُأَفَضْـتُـمُ). Dan
perjelas juga huruf Ha seperti pada lafadz (ُجِبَاهُـهُـم ) dan (ُعَلَـيْـهِـمُ).

 

Bersambung …..

Immim pangkep

Tulisan Lainnya

0 Komentar

KELUAR