Senin, 20 Mei 2024
  • Pondok Pesantren Putri IMMIM Pangkep, Pesantren yang khusus menerima santri putri ini, kampusnya berada di bilangan jalan poros Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkep

Mengakrabi Nadhom Maqsud (Kaidah Tashrif) – 3

Mengakrabi Nadhom Maqsud (Kaidah Tashrif) - 3

Oleh: Muhammad Farid Wajdi  *)

BLOGGURU – Apa yang dimaksud NadhomMaqsud? Nadhom Maqsud ini merupakan sebuah rangkain syair hasil karya Syaikh Ahmad bin Abdurrahim al-Thahthawi (1132-1302 H). Rangkaian nadhom tersebut berjumlah 113 bait yang menjelaskan mengenai ilmu sharaf, yaitu ilmu yang mempelajari tentang perubahan bentuk kata atau kalimat dalam Bahasa Arab.

Berikut ini Bait-bait Nadhom Maqsud (Bagian ke-3, bait 11-15):

11- وَاخْصُصْ خُمَاسِيًّا بِذِي الأَوْزَانِ ** فَـبَـدْؤُهَا كَـا نْكَـسَرَ وَ الثَّـانِي

12- اِفْـتَعَلَ اِفْـعَلَّ كَذَا تَفَــعَّلاَ ** نَــحْوُ تَعَــلَّمَ وَزِدْ تَفَاعَـــلاَ

13- ثُمَّ السُّدَاسِيْ استَفْعَلاَ وَ افْعَوْعَـلاَ ** وَافْعَــوَّلَ افْعَـنْلَى يَـلِيهِ افْعَنْلَـلاَ

14- وَافْعَالَ مَا قَدْ صَاحَبَ الَّلاَمَينِ ** زَيْـدُ الرُّبَاعِـيِّ عَلَـى نَوْعَــيْنِ

15- ذِي سِتَّةٍ نَحْوُ افْعَلَلَّ افْعَنْلَـلاَ ** ثُـمَّ الـخُـمَاسِيْ وَزْنُـهُ تَفَعْلَـلاَ

 

Bab fi’il tsulasi mazid itu ada empat belas, dan empat belas bab tersebut terbagi menjadi tiga bagian

Pembahasan:

1. Fi’il tsulasi mazid: fi’il yang terdiri dari tiga huruf asli dan ditambah satu, dua atau tiga huruf ziyadah, contoh: نصر-تناصر-استنصر dari tsulasi mujarrad نصر

2. Fi’il Tsulasi Mazid terbagi menjadi tiga macam:

a) Fi’il tsulasi mazid ruba’i apabila yang ditambahkan itu satu huruf, contoh: نصر

b) Fi’il mazid khumasi apabila yang ditambahkan itu ada dua huruf, contoh: تناصر

c) Fi’il tsulasi mazid sudasi apabila ditambahkan itu tiga huruf, contoh: استنصر

3. Huruf ziyadah pada fi’il atau isim terkumpul dalam kalimat: سألتمونيها، اليوم تنساه،atau اتاني سليمان

Bagian yang pertama disebut fi’il tsulasi mazid ruba’i. Adapun babnya, ada tiga, yaitu:

Pembahasan:

1. Fi’il tsulasi mazid ruba’i: kalimat fi’il yang terdiri dari 4 huruf, yang 3 berupa huruf asal, dan yang 1 huruf tambahan, contoh: اكرم dari كرم

2. Perbedaan antara fi’il ruba’i mulhaq dengan fi’il tsulasi mazid ruba’i adalah:

a) Tambahan yang ada pada fi’il ruba’i mulhaq itu tidak untuk merubah arti akan tetapi untuk menyamakan dengan fi’il ruba’i mujarrad dalam segi tafsirannya.

b) Tambahan yang ada pada fi’il tsulasi mazid ruba’i itu untuk merubah arti atau untuk menimbulkan arti baru seperti fi’il asalnya lazim berubah menjadi muta’addi.

3. Fi’il yang ikut wazan افعل-يفعل ada yang berlaku lazim, seperti: ادبر (mati/sudah lewat) ada yang muta’addi, Bahkan ini yang banyak, seperti: اكرم

4. Fi’il tsulasi mujarrad dipindahkan dan diikutkan pada wazan افعل dengan menambahkan hamzah qata’ di permulaan itu mempunyai beberapa faidah. Diantaranya:

a) للتعدية (memuta’addikan fi’il lazim) contoh: اكرمت زيدا (saya memulyakan Zaid)

b) للدخول في الشيء ( masuknya fa’il pada asal fi’il (suatu keadaan)) contoh: أمسى المسافر ( musafir masuk pada waktu sore) asal fi’il dari أمسى adalah lafadz مساء (waktu sore)

c) لقصد المكان (fa’il menuju satu tempat (asal fi’il)), contoh: احجز زيد (Zaid menuju ke Hijaz), اعرق عمرو (Umar menuju ke Irak), اطبن خالد (Khalid menuju ke Tuban). Asal fi’il احجز، اعرق، أطبن adalah lafadz حجاز، عراق، طبان

d) لوجود ما اشتقى منه الفعل فى الفاعل (menunjukkan arti adanya asal fi’il dalam fa’il), contoh: اثمر الطلح (pohon pisang telah berbuah), اورق الشجر (pohon telah berdaun) asal fi’il dari اثمر dan اورق adalah lafadz ثمر dan ورق

e) للمبالغة ( mubalaghoh atau menyangatkan makna asal fi’il atau menambahkan makna asal fi’il), contoh: أشغلت عمرا ( saya sangat menyibukkan Amar)

f) لوجود الشيء في صفة ( fa’il mendapati maf’ul bih dalam suatu sifat) contoh: اعظمته (saya mendapati sifat agung padanya), احمدته (saya men-dapati sifat terpuji padanya)

g) للصيرورة (berubahnya fa’il menhadi asal fi’il), contoh: اقفر البلد (Negara itu lengang/kosong), asal fi’ilnya قفر (lengang/kosong)

h) للتعريض (fa’il menawarkan maf’ul bih untuk asal fi’il), contoh اباع الثوب (seseorang menawarkan baju untuk dijual), asal fi’ilnya berupa lafadz بيع

i) للسلب ( hilangnya asal fi’il dari fa’il) contoh أشفى المريض ( orang yang sakit hilang kesehatannya), asal fi’ilnya berupa lafadz شفاء

j) للحينونة ( datangnya waktu melakukan asal fi’il), contoh احصد الزرع ( waktu memanen padi telah tiba), asal fi’ilnya adalah حصاد

5. Fi’il tsulasi mujarrod dipindah dan diikutkan wazan فعل dengan menambahkan muta’addi (menggandakan) ‘ain fi’il itu mempunyai beberapa faidah diantaranya:

a.) للتعديتدة (merubah fi’il lazim menjadi fi’il muta’addi), contoh: فرح زيد عمرا (Zaid menggembirakan Amr), sesungguhnya fi’il tsulasi lafadz فرح adalah lazim yaitu فرح yang artinya: gembira.

b.) للتكثير (memperbanyak) contoh: قطع زيد الحبل (Zaid memotong-motong tali), maksudnya Zaid memotong seutas tali menjadi potongan yang banyak.

c.) لنسبة المفعول الى أصل الفعل (membangsakan maf’ul pada asal fi’il), contoh: كفر زيد عمرا (Zaid mengkafirkan Amr), maksuknya adalah Zaid membacakan/ menghukumi/ menuduh bahwa Amr adalah kafir. Asal fi’ilnya adalah kekafiran (كفر)

d.) لسلب اصل الفعل من المفعل (menghilangkan asal fi’il dari maf’ul) contoh: قشر-زيد الرمان (Zaid menguliti/mengupas delima), maksudnya Zaid menghilangkan kulit dari delima asal fi’ilnya adalah قشر

e.) لاتخاذ الفعل من الاسم (membuat fi’il (kata kerja) dari kalimat isim (kata benda) dan fi’il tersebut berfaidah membuat/mendirikan), contoh: خيم القوم (kamu mendirikan tenda). Kalimat fi’il خيم asalnya adalah kalimat isim, yaitu خيام artinya: tenda

4. Ada tiga pendapat tentang tambahan yang ada pada wazan فعل-يفعل

a.) Menurut Imam Khalil adalah Ah suruh yang kedua karena huruf tambahan di akhir itu lebih baik, pendapat ini dinukil dari Imam Farisi dari Imam Yunus dan pendapat ini pula dipilih oleh Imam Yunus dan Ibnul hajib.

b.) Menurut mayoritas ulama adalah huruf yang pertama karena menambahkan huruf mati itu lebih aula (diterima) daripada huruf yang hidup, pendapat ini dipilih oleh pengarang Kitab Talhis, ibnu Ushfur dan ibnu Malik.

c.) Menurut Imam sibawaih adalah bule yang pertama atau yang kedua.

5. Fi’il tsulasi mujarrad dipindah dan diikutkan pada wazan فاعل dengan menambahkan alif setelah fa’ fi’il itu mempunyai beberapa faedah. Diantaranya:

a.) للمشاركة بين اثنين (persekutuan diantarra dua orang) (Musyarakah ialah dua orang yang bersekutu dalam melakukan suatu pekerjaan yang satu melakukan pekerjaan yang juga dilakukan oleh yang lain, sehingga masing-masing selain menjadi fa’il (subyek/pelaku pekerjaan) juga menjadi maf’ul (objek/yang terkena pekerjaan)) contoh ضارب زيد عمرا (Zaid dan Amr saling pukul).

b.) لمعنى فعل التي للتكثير ( memuta’addikan seperti halnya wazan فعل) contoh: ضاعف الله (Allah melipat gandakan). Contoh lafadz tersebut sama dengan contoh ضعف الله dengan diikutkan wazan فعل

c.) لمعنى أفعل التي للتعدية (memuta’addikan seperti halnya wazan أفعل), contoh: عافاك الله (semoga Allah menyembuhkanmu), contoh tersebut sama dengan اعفاك الله yang diikutkan wazan أفعل

d.) لمعنى فعل المجردة (bermakna seperti fi’il tsulasi mujarrad), contoh: سافر زيد (Zaid pergi) قاتله الله (Allah membunuhnya), بارك الله فيك (semoga Allah memberkatimu), contoh tersebut sama dengan lafadz سفر قتل dan برك

6. Fi’il yang ikut wazan فاعل-يفاعل itu huruf tambahannya berada diantara fa’ dan ‘ain fi’il karena dlarurat, sebab bila diletakkan di awal maka akan serupa dengan fi’il mudlari’waqi’mutakalliman atau serupa dengan wazan أفعل-يفعل, jika diletakkan di akhir maka serupa dengan fi’il madli yang tasniah dan jika diletakkan setelah ‘ain fi’il maka akan serupa dengan sighat mubalaghah isim fa’il atau jama’ taksir (فعال).

Dan khususkanlah fi’il tsulasi mazid khumasi dengan wazan-wazan ini, maka yang pertama seperti (انفعل-ينفعل) انكسر, dan yang kedua wazan أفتعل-يفتعل (اجتمع), lalu (اسود) افعل-يفعل demikian juga wazan تفعل-يتفعل (تعلم) dan tambahkanlah wazan (تخاصم) تفاعل-يتفاعل.

Pembahasan:

1. Fi’il tsulasi mazid khumasi: kalimat yang fi’il madlinya terdiri dari lima huruf, tiga berupa huruf asal, dan dua huruf tambahan, contoh انكسر dari كسر

2. Bab fi’il tsulasi mazid khumasi itu ada lima macam, yaitu:

a.) انفعل-ينفعل

•Dalam bab ini tidak ada fi’il muta’addi khusus untyk fi’il lazim saja, karena yang asal dalam wazan ini, berfaidah muthawa’ah (munculnya suatu dampak tatkala terjadi hubungan antara fi’il muta’addi dan maf’ulnya) dan kebanyakan muthawa’ah dari wazan فعل (tsulasi mujarrad) contoh قطعت الحبل فانقطع atau فعل contoh عدلته فانعدل atau أفعل contoh أزعجه فانزعج

•Dalam bab ini diisyaratkan harus berupa fi’il yang menunjukkan arti yang butuh penanganan (dikerjakan oleh anggota lahir) dan mempunyai bekas yang jelas (bisa dilihat), contoh: كسرت الزجاج فانكسر (pecah). Oleh karenanya, tidak boleh mengucapkan علمته فانعلم.

b.) افتعل-يفتعل

Banyak berlaku lazim (jika berfaedah muthawa’ah tetapi tanpa syarat seperti dalam wazan (انفعل-ينفعل), tapi ada juga yang muta’addi (ketika mempunyai arti اتخد) contoh اختبز زيد اي اتخد خبزا (Zaid membuat roti) dan masih banyak lagi arti yang dimiliki oleh wazan ini.

c.) افعل-يفعل

Wazan ini khusus untuk fi’il lazim saja, karena bab ini khusus untuk fi’il-fi’il yang menunjukkan arti warna, watak (tabiat) dan cacat anggota tubuh contoh: اصفر الموز (buah pisang telah menguning) اعور زيد (Zaid buta sebelah).

d.) تفعل-يتفعل

Wazan ini ada yang muta’addi makna ketika menyimpan arti اخد, contoh: تمزر زيد اي اخد مئزرا (Zaid mengangkat menteri) atau berfaedah takalluf contoh: تعلم زيد العلم (Zaid bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu) dan ada juga yang lazim jika berfaidah muthawwa’ah dari wazam فعل contoh كسرت الزجاج فتكسر (saya memecahkan kaca, lantas kaca tersebut menjadi pecah)

e.) تفاعل-يتفاعل

Frozen ini ada yang lazim, jika dari فاعل yang berfaedah musyarakah dan muta’addi satu maf’ul contoh تضاربنا dari ضاربت زيدا dan muta’addi, jika dari فاعل yang berfaidah musyarakah dan muta’addi dua maf’ul contoh: تنازعنا الحديث dari نازعت زيدا الحديث

Pembahasan:

1. Fi’il tsulasi mazid sudasi: Kalimat yang fi’il madlinya terdiri dari enam huruf, tiga huruf asal dan tiga huruf tambahan, contoh: غفر dari استغفر

2. Bab fi’il tsulasi mazid sudasi itu ada enam macam, yaitu:

a.Fi’il yang ikut wazan ini berlaku lazim, jika bermakna:

a.) قراى استقر : فعل

b.) استنوق الجمل : تحويل

c.) صار الطين حجرا اي استحجر الطين : صار dan belaku muta’addi jika bermakna
اعتقدت زيدا كريما اى استكرمت زيدا : اعتقد

b. اعشوشب-يعشوشب : افعوعل-يفعوعل : Fi’il yang ikut wazan ini berlaku lazim sebab menunjukkan arti mubalaghah seperti اعشوشب الارض (bumi menumbuhkan rumput yang lebat) dan juga berlaku muta’addi, seperti: جعلته حلوا احلوليلته اى

c. اجلوء-يجلوء : افعول-يفعول : bab ini hanya dikhususkan untuk fi’il lazim saja, adapun contoh: لزمني اى اعلوطني فلان adalah bentuk muta’addi. Namun contoh semacam ini sedikit dijumpai dan barang yang sedikit dijumpai itu dihukumi seperti tidak ada.

d. احمار-يحمار : افعال-يفعال : bab ini kebanyakan diikuti oleh fi’il yang menunjukkan arti cela dan warna, namun terkadang tidak menunjukkan arti tersebut, seperti: انهار الليل (separuh malam).

e. اسلنقى-ينلنقي : افعنلى-يفعنلي : fi’il yang ikut wazan ini berlaku lazim karena menunjukkan arti muthawa’ah seperti: سلقيته فاسلنقى اى وقعته على قفاه فوقع عليه

f. اقعنسس-يقعنسس : افعنلل-يفعنلل : fi’il yang ikut wazan ini berlaku lazim karena menunjukkan arti mubalaghah.

3. Kedua bagian terakhir ini dalam kitab Matan maqshud digolongkan pada jajaran tsulasi mazid, namun dalam kitab tashrif dan Kebanyakan ahli shorof dua bab ini digolongkan mulhaq dengan اخرنجم (ruba’i mazid).

4. Adapun ulama yang berpendapat seperti pendapat pertama (dua bab tersebut tergolong tsulasi mazid) memberikan komentar bahwa lafadz اقعنسس dan اسلنقى yang ikut wazan افعنلل-يفعنلل dan افعنلى-يفعنلي itu bukan ruba’i mazid namun ruba’i mulhaq dengan دخرج, asalnya adalah قعس dan سلق kemudian diilhaqkan pada دخرج menjadi قعسس dan سلقى setelah demikian baru diilhaqkan pada اخرنجم maka menjadi اقعنسس dan اسلنقى berarti ilhaqnya lafadz اقعنسس dan اسلنقى itu tidak asli namun hanya mengikuti pada دخرج (ruba’i mulhaq), maka pantas dua bab itu digolongkan pada jajaran tsulasi mazid.

5. Sedangkan ulama yang berpendapat seperti pendapat kedua(dua lafadz tersebut tergolong ruba’i mulhaq dengan اخرنجم) memberikan alasan karenaاقعنسس dan اسلنق itu masdar sama dengan masdar lafadz اخرنجم dalam segi wazan, huruf tambahan dan perbandingan huruf asalnya.

Fi’il ruba’i mazid (yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah satu atau dua huruf tambahan) itu ada dua macam:

1. Fi’il yang mempunyai 6 huruf ( fi’il ruba’i mazid sudah yaitu fi’il yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah dua huruf tambahan) seperti:

○ اقشعر-يقشعر : افعلل-يفعلل

○ احرنجم-يحرنجم : افعنلل-يفعنلل

2. Lalu yang khumasi (fi’il yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah satu wazannya adalah
تدخرج-يتدخرج تفعلل-يتفعلل

 

Pembahasan:

1. Fi’il ruba’i mazid, yaitu kalimat yang fi’il madhinya memuat huruf lebih dari 4 huruf, empat huruf asal dan yang lain berupa huruf tambahan, contoh: اخرنجم

2. Fi’il ruba’i mazid secara garis besarnya terbagi menjadu dua, yaitu:

a.) Fi’il ruba’i mazid humasi: kalimat yang fi’il madhi nya Terdiri dari 5 huruf yang 4 berupa huruf asal dan yang satu berupa huruf tambahan. Babnya hanya satu, yaitu: تدحرج-يتدحرج : تفعلل-يتفعلل

b.) Fi’il ruba’i mazid sudasi: kalimat yang fi’il madhi nya terdiri dari 6 huruf yang 4 berupa huruf asal dan yang dua berupa huruf tambahan. Dan babnya ada 2, yaitu:

a. اخرنجم-يخرنجم : افعنلل-يفعنلل. Bab ini hanya berlaku lazim tidak ada yang muta’addi karena menunjukkan makna muthowa’ah wazan فعلل, seperti: حرجمت الابل فاخرنجم

b. اقشعر-يقشعر : افعلل-يفعلل bab ini juga hanya berlaku lazim tidak ada yang muta’addi karena menunjukkan makna warna dan celah dan muthawa’ah wazan فعلل

 

(bersambung)

Immim pangkep

Tulisan Lainnya

0 Komentar

KELUAR