Kamis, 16 Mei 2024
  • Pondok Pesantren Putri IMMIM Pangkep, Pesantren yang khusus menerima santri putri ini, kampusnya berada di bilangan jalan poros Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkep

Pengertian dan Pokok Bahasan Ilmu Hadits

Pengertian dan Pokok Bahasan Ilmu Hadits

Oleh: Muhammad Farid Wajdi  *)

BLOGGURU – Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan Rasulullah atau menyangkut sikap dan perbuatannya yang diriwayatkan. Dengan demikian ilmu Al-Hadits adalah ilmu-ilmu tentang perkataan, percakapan atau perbuatan Rasulullah SAW.

Pengertian Ilmu Hadits

Ilmu Hadits (علوم حديث) yaitu Ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau ditolak.

Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Hadits, yakni ilmu yang berpautan dengan hadits, banyak ragam macamnya. sedangkan Al-Hadits di kalangan ulama hadits berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat”.

Hal ini sejalan dengan pengertian hadits yang dikemukakan dalam buku Musthalahul hadits yang berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan), atau sifat.

Pokok Bahasan Ilmu Hadits

Hadits, Khabar, Atsar, dan Hadits Qudsi

a. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan), atau sifat.

b. Khabar semakna dengan hadits, sehingga memiliki definisi yang sama dengan hadits. Pendapat lain menyatakan bahwa khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi dan juga kepada selain beliau. Dengan demikian, definisi khabar lebih umum dan memiliki cakupan yang lebih luas daripada hadits.

c. Atsar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada seorang shahabat atau tabi’in. terkadang atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi. Namun penyebutannya harus diberi taqyid (catatan) bahwa hal itu berasal dari beliau seperti ucapan.

d. Hadits Qudsi adalah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi SAW. dari Allah SWT. Hadits qudsi disebut juga dengan hadits Rabbani/Ilahi.

Contohnya adalah: Nabi bersabda bahwa Allah SWT berfirman, yang artinya, “Aku menurut persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku beersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia mengingat-Ku di kumpulan orang banyak, Aku mengingatnya di kumpulan orang banyak yang lebih baik dari mereka.”

Kedudukan Hadits Qudsi adalah antara Al-Qur’an dan Hadits Nabawi (Perbedaan ketiganya dapat diketahui dari penisbatan lafadz dan makna). Lafadz dan makna Al-Qur’an Al-Karim dinisbatkan kepada Allah SWT. Sedangkan hadits nabawi, lafadz dan maknanya dinisbatkan kepada Nabi.

Adapun hadits qudsi, hanya maknanya saja yang dinisbatkan kepada Allah SWT, bukan lafadznya. Oleh karena itulah, membaca hadits qudsi tidak terhitung sebagai ibadah, tidak dapat digunakan sebagai bacaan dalam shalat, tiada tantangan dari Allah kepada orang kafir untuk menandinginya dan tidak dinukil secara mutawatir sebagaimana Al-Qur’an. Sehingga Hadits qudsi ada yang berderajat shahih, dha’if, bahkan maudlu’ (palsu).

 

Hadits menuntut ilmu
Hadits tentang menuntut ilmu. (HR. Turmudzi)

Bersambung …. 

(*Muhammad Farid Wajdi, Guru Al-Qur’an-Hadits/Pengasuh Ponpes Modern Putri IMMIM Minasatene-Pangkep

Immim pangkep

Tulisan Lainnya

0 Komentar

KELUAR