Tulisan sebelumnya: Nadzom Alfiah Ibnu Malik: Bab Kalam dan Sesuatu yang Kalam Tersusun Darinya
BLOGGURU – Berikut ini penjelasan tentang Mu’rab dan Mabni, sebagaimana terdapat dalam Nadzom Alfiah Ibnu Malik bait ke-15-51
BAB MU’RAB DAN MABNI
Kalimah-kalimah yang Mu’rab dan yang Mabni
Diantara Kalimat Isim ada yang Mu’rab, dan ada juga yang Mabni karena keserupaan dengan kalimah Huruf secara mendekati
Seperti keserupaan bangsa wadh’iy didalam contoh dua Isimnya lafadz Ji’tana. Dan keserupaan bangsa Ma’nawiy di dalam contoh Mata, dan Huna.
Dan keserupaan bangsa Niyabah (pengganti) dari Fi’il tanpa pembekasan I’rob (Isim Fi’il). Dan keserupaan bangsa Iftiqor/kebutuhan yang dimustikan (yakni, isim maushul musti membutuhkan shilah).
Adapun Mu’rabnya Kalimah-kalimah Isim, adalah Kalimah yang selamat dari keserupaan dengan Kalimah Huruf, seperti contoh Ardhin dan Sumaa.
Fi’il Amar dan Fi’il Madhi, keduanya dihukumi Mabni. Dan mereka Ulama Nahwu sama menghukumi Mu’rab terhadap Fi’il Mudhori’ jika sepi…..
Dari Nun Taukid yang mubasyaroh (bertemu langsung) dan Nun Ta’nits, seperti lafadz: Yaru’na Man Futin.
Semua Kalimah Huruf menghaki terhadap Mabni. Asal didalam Kemabnian adalah dihukumi Sukun.
Diantara Hukum Mabni adalah Mabni Fathah, Mabni Kasroh dan Mabni Dhommah. Seperti lafadz: Aina, Amsi, Haitsu, dan Mabni Sukun seperti Lafadz Kam.
Macam-macam I’rab
Jadikanlah Rofa’ dan Nashab sebagai I’rab (sama bisa) untuk Isim dan Fi’il, seperti lafadz Lan Ahaba.
Kalimah Isim dikhususi dengan I’rab Jarr, sebagaimana juga Fi’il dikhususi dengan dii’rab Jazm.
Tanda Asal I’rab
Rofa’kanlah olehmu dengan tanda Dhommah, Nashabkanlah! Dengan tanda Fathah, Jarrkanlah! Dengan tanda Kasrah. Seperti lafadz Dzikrullahi ‘Abdahu Yasur.
Dan Jazmkanlah! Dengan tanda Sukun. Selain tanda-tanda yang telah disebut, merupakan penggantinya. Seperti lafadz: Jaa Akhu Bani Namir.
Tanda I’rab Asmaus Sittah
Rofa’kanlah dengan Wau, Nashabkanlah dengan Alif, dan Jarrkanlah dengan Ya’, untuk Isim-Isim yang akan aku sifati sebagai berikut (Asmaus Sittah):
Diantara Isim-Isim itu (Asmaus Sittah) adalah Dzu jika difahami bermakna Shahib (yg memiliki), dan Famu sekiranya Huruf mim dihilangkan darinya.
Juga Abun, Akhun, Hamun, demikian juga Hanu. Tapi dii’rab Naqsh untuk yang terakhir ini (Hanu) adalah lebih baik.
Dan untuk Abun berikut yang mengiringinya (Akhun dan Hamun) jarang diri’rab Naqsh, sedangkan dii’rab Qoshr malah lebih masyhur daripada I’rab Naqshnya.
Syarat I’rab ini (Rafa’ dengan wau, Nasha dengan Alif, dan Jarr dengan Ya’ pada Asmaus Sittah) harus Mudhaf kepada selain Ya’ Mutakallim. Seperti: Jaa Akhu Abiika Dza-’tilaa.
Tanda I’rab Isim Tatsniyah dan Mulhaqnya
Rafa’kanlah! dengan Alif terhadap Isim Mutsanna, juga lafadz Kilaa apabila tersambung langsung dengan Dhomir, dengan menjadi Mudhof.
Juga (Rofa’ dg Alif) lafadz Kiltaa, begitupun juga lafadz Itsnaani dan Itsnataani sama (I’rabnya) dengan lafadz Ibnaini dan Ibnataini keduanya contoh yang dijarrkan.
Ya’ menggantikan Alif (tanda Rofa’) pada semua lafadz tersebut (Mutsanna dan Mulhaq-mulhaqnya) ketika Jarr dan Nashabnya, terletak setelah harkat Fathah yang tetap dipertahankan.
Tanda I’rab Jamak Mudzakkar Salim dan Mulhaqnya
Rofa’kanlah dengan Wau!, Jarrkan dan Nashabkanlah dengan Ya’! terhadap Jamak Mudzakkar Salim dari lafadz “‘Aamir” dan “Mudznib”
….dan yang serupa dengan keduanya ini (“Aamir” dan “Mudznib”, pada bait sebelumnya). Dan lafadz “‘Isyruuna dan babnya”, dimulhaqkan kepadanya (I’rab Jamak Mudzakkar Salim). Juga lafadz “Ahluuna”
Juga lafadz “Uluu, ‘Aalamuuna, ‘Illiyyuuna dan lafazh Aradhuuna adalah contoh yang syadz (paling jauh dari definisi Jamak Mudzakkar Salim). Juga Lafadz “sinuuna….
…dan babnya”. Terkadang Bab ini (bab sinuuna) ditemukan dii’rab semisal lafadz “Hiina” (dii’rab harkat, dengan tetapnya ya’ dan nun) demikian ini ditemukan pada suatu kaum (dari Ahli Nawu atau orang Arab)
Fathahkanlah! harakah “Nun”nya Kalimat yang dijamak Mudzakkar Salim dan Mulhaqnya. Ada segelintir orang bercakap-cakap dengan mengkasrahkannya.
Adapun “Nun”nya Kalimat yang ditatsniyahkan dan Mulhaqnya, adalah terbalik (Harakah Nun dikasrahkan). Semuanya mengamalkan demikian, maka perhatikanlah!
Tanda I’rab Jamak Mu’annats Salim dan Mulhaqnya
Setiap Kalimah yang dijamak dengan tambahan Alif dan Ta’ (Jamak Muannats Salim) tanda Jarr dan Nashabnya sama dikasrohkan.
Begitu juga (Dii’rab seperti Jamak Muannats Salim) yaitu lafadz “Ulaatu”. Dan Kalimah yang sungguh dijadikan sebuah nama seperti lafadz “Adri’aatin” (nama tempat di Syam) yang demikian ini juga diberlakukan I’rab seperti Jamak Mu’annats Salim.
Tanda I’rab Isim yang Tidak Munshorif
Setiap Isim yang tidak Munshorif dijarrkan dengan Harakah Fathah, selama tidak Mudhof atau tidak jatuh sesudah AL.
Tanda I’rab Af’alul Khomsah
Jadikanlah! Nun sebagai tanda Rofa’ untuk contoh Kalimah-kalimah yang seperti lafadz يفعلان (Fi’il Mudhori’ yg disambung dg Alif Tatsniyah) dan lafadz تدعين (Fi’il Mudhori’ yg disambung dg Ya’ Mu’annats Mukhatabah) dan lafadz تسألون (Fi’il Mudhori’ yg disambung dg Wau Jamak).
Sedangkan tanda Jazm dan Nashabnya, yaitu dengan membuang Nun. seperti contoh َلمْ تَكُــــوْنِي لِتَرُوْمِي مَـــظْلَمَهْ
TANDA I’RAB ISIM MU’TAL (ISIM MAQSHUR DAN ISIM MANQUSH)
Namailah! Isim Mu’tal, terhadap Isim-Isim yang seperti lafadz الْمُصْطَفَى (Isim yang berakhiran huruf Alif) dan seperti lafadz الْمُرْتَقَي مَكَارِمَا (Isim yang berakhiran huruf Ya’).
Contoh lafadz yang pertama (الْمُصْطَفَى) Semua tanda I’rabnya dikira-kira, itulah yang disebut Isim Maqshur.
Contoh lafadz yang kedua (الْمُرْتَقَي) dinamakan Isim Manqush, tanda Nashabnya Zhohir. Tanda Rofa’ dan juga Jarrnya sama dikira-kira.
TANDA I’RAB FI’IL MU’TAL
Setiap Kalimah Fi’il yang akhirnya huruf illat Alif , Wau atau Ya’, maka dinamakan Fi’il Mu’tal.
Kira-kirakanlah! I’rab untuk Kalimah Fi’il yang berakhiran Alif pada selain Jazmnya. Dan Zhohirkanlah! tanda nashab untuk Kalimah Fi’il yang seperti يَدْعُو (Berakhiran huruf Wau) dan يَرْمِي (Berakhiran huruf Ya’)…
dan kira-kirakanlah! tanda Rofa’ untuk kedua lafadz (يَدْعُو dan يَرْمِي ). Buanglah (huruf-huruf illat itu) jika engkau sebagai orang yang menjazmkan ketiga Kalimah Fi’il Mu’tal tsb, maka berarti engkau memutuskan dengan Hukum yang benar.
Demikian, semoga bermanfaat adanya. (*)
(* Muhammad Farid Wajdi, Guru/Pengasuh Ponpes Modern Putri IMMIM Minasatene-Pangkep.