Rabu, 15 Mei 2024
  • Pondok Pesantren Putri IMMIM Pangkep, Pesantren yang khusus menerima santri putri ini, kampusnya berada di bilangan jalan poros Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkep

Terjemah Umdatul Ahkam: Mukaddimah dan Bab Bersuci

Terjemah Umdatul Ahkam: Mukaddimah dan Bab Bersuci

Oleh: Muhammad Farid Wajdi *)

BLOGGURU – Kitab ’Umdatul Ahkam atau lengkapnya ’Umdat al-Ahkaam min Kalaami Khairi al-Anaam adalah kitab fikih yang dikarang oleh Al-Hafizh Abdul Ghani al-Maqdisi (w. 600 H), salah satu kitab di antara kitab rujukan utama di dalam bidang fikih ibadah. Kitab ini mengumpulkan hadits-hadits yang mayoritasnya disepakati keotentikannnya oleh Syaikhain dalam shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) mengenai permasalahan fikih, yang disusun secara sistematik mulai dari bab niat, bersuci (taharah), salat, zakat, puasa (Shaum), haji, warisan (faraidh) hingga permasalahan-permasalahan fikih lainnya.Imam Abdul Ghani al-Maqdisi juga kemudian mengumpulkan hadits-hadits hukum yang berasal dari enam kitab hadits yang lain, kitab ini disebut sebagai ’Umdatul Ahkam al-Kubra (yang besar).

إحكام-الأحكام

إحكام-الأحكام

Kitab ini disyarah (diberikan penjelasan) oleh para ulama, diantaranya:

  • Ihkamul Ahkam syarh ‘Umdatil Ahkam, oleh Ibnu Daqiqil as-Syafi’i al-Malikiy.
  • Al-‘Uddah Hasyiyah ‘ala Ihkamul Ahkam Syarh ‘Umdatil Ahkam oleh Muhammad bin Sulaiman al-Amir Ash-Shan’ani.
  • Al-‘Uddah fi Syarhi Al ‘Umdah fi Ahaditsil Ahkam, oleh ‘Alaauddin bin Daud As Syafi’iy.
  • Al-I’laam bi Fawaidi Umdatil Ahkam, oleh Ibnu Mulaqqin.
  • Al-Ilmam bi Syarhi ‘Umdatil Ahkam, oleh Isma’il Al-Anshari.
  • Khulasotul Kalam ‘ala ‘Umdatil Ahkam, oleh Nashir bin Abdul Aziz Al Mubaarak.
  • Syarah Umdatul Ahkam oleh Syaikh Abdurrahman bin nashir as-Sa’di
  • Taisir ‘Alam Syarh ‘Umdatil Ahkam, oleh Syaikh Abdullah al-Bassam.
  • Tanbihul Afham Syarh ‘Umdatil Ahkam, oleh Syaikh Muhammad bin Shalil al-Utsmaimin
  • Syarh ‘Umdatil Ahkam, oleh Sa’ad bin Nashir bin Abdul Aziz.
  • Zubdatul Afham bi Fawaaidi ‘Umdatil Ahkam, oleh Abu Usamah Salim bin ‘Ied al-Hilalli.

Berikut terjemah Umdatul Ahkam untuk Muqaddimah dan bab tentang Thahaarah (Bersuci):

Pembukaan – مقدمة المؤلف

 

الحمد لله الملك الجبار، الواحد القهار

Segala puji bagi Allah, raja yang maha kuasa, yang maha esa, yang maha memaksa

 

 وأشهد أن لاإله إلاالله وحده لاشريك له، رب السموات والأرض ومابينهما العزيز الغفار

 

Dan saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya, tuhan langit dan bumi, dan antara keduanya, yang maha mulia, yang maha pengampun

 

 وأشهد أن محمداً عبده ورسوله المصطفى المختار. صلى الله عليه وعلى آله وصحبه الأخيار

 

Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hambanya dan utusannya, yang dipilih yang terpilih, rahmat Allah semoga untuk beliau dan untuk keluarga beliau, dan sahabat beliau yang bagus-bagus

 أما بعد، فإن بعض إخواني سألني اختصار جملة في أحاديث الأحكام، مما اتفق عليه

الإمامان: أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم البخاري، ومسلم بن الحجاج بن مسلم القُشَيريُّ النيسابوري

 

Adapun setelah itu, bahwa sebagian teman teman saya memintaku ringkasan jumlah tentang hadis hadis hukum, yang disepakati dua imam: Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrohim Al-Bukhori, dan Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi

 

فأجبته إلى سؤاله رجاء المنفعة به وأسأل الله أن ينفعنا به، ومن كتبه أوسمعه أَوقرأَه أَو حفظه

أو نظر فيه، وأن يجعله خالصاً لوجهه الكريم، موجباً للفوز لديه في جنات النعيم. فإنه حسبنا ونعم الوكيل

 

Maka aku iyakan, karena mengiginkan kemanfaatan kitab ini, dan aku meminta kepada Allah agar memberi kemanfaatan kitab ini, dan orang yang menulisnya atau membacanya atau menghafalnya atau melihatnya, dan semoga Allah menjadikannya ikhlas karena dzatnya yang mulia, yang menetapkan kebahagiaan di sisinya dalam surga kenikmatan, sesungguhnya Allah yang mencukupi kita, dasn sebaik dzat yang di wakilkan.

 

Bersuci – كتابُ الطَّهَارَةِ

 

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ – رضي الله عنه – قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ: ((إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

وَفِي رِوَايَةٍ: بِالنِّيَّةِ – وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى , فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ , فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ , وَمَنْ كَانَتْ

هِجْرَتُهُ إلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا , فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ

 

Dari Umar ibn Khottob RA. ia berkata: aku mendengar rusulullah saw bersabda: sesungguhnya amal itu tergantung niat – dan dalam satu riwayat dengan niat- dan milik setiap orang apa ia niati, barang siapa hijrahnya kepada Allah dan rasulnya maka hijrahnya kepada Allah dan rasulnya , dan barang siapa hijrahnya kepada dunia yang akan ia peroleh atau wanita yang akan ia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang ia hijrahi.

 

النيةُ: القصدُ والعزمُ على الشيء

 

Niat adalah mengiginkan terhadap sesuatu

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -: لا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاةَ أَحَدِكُمْ إذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

 

Dari Abi Hurairah RA ia berkata: rasulullah SAW bersabda: Allah tidak menerima sholat salah satu di antara kalian ketika ia berhadats sampai ia berwudlu

 

أَحدثَ: حصل منه الحدثُ، وهو الخارجُ منْ أَحدِ السبيلينِ أَوغيرهِ منْ نواقض الوُضوءِ

 

Berhadats: mempunyai hadats, yaitu yang keluar dari salah satu dua jalan atau lainya yang membatalkan wudlu

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَعَائِشَةَ رضي الله عنهم قَالُوا: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -: وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ

 

Dari Abdillah ibn Umar ibn Ash dan Abi Hurairah dan Aisyah RA mereka berkata: rasulullah bersabda: wail itu untuk tumit-tumit dari neraka

 

الويلُ: العذابُ والهلاكُ، وجاءَ في بعضِ الآثارِ أَنَّه وادٍ في جهنم

 

Wail: siksa dan kerusakan, dan di sebagian riwayat ia adalah lembah di neraka jahannam

 

الأَعقاب: جمعُ عَقِبٍ، وهو مُؤَخَّرُ القَدَمِ. والمرادُ أَصحابُها

 

Tumit-tumit: jamak tumit, yaitu akhir telapak kaki, yang di maksud adalah pemiliknya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  رضي الله عنه: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قال: إذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ فِي أَنْفِهِ مَاءً

ثُمَّ لِيَنْتَثِرْ , وَمَنْ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ , وَإِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَغْسِلْ يَدَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَهُمَا فِي الإِنَاءِ ثَلاثاً، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ

 

Dari Abi hurairah RA. ia berkata: rasulullah saw bersabda: jika salah satu di antara kalian berwudlu maka hendaknya menjadikan air di hidungnya, lalu ia mengeluarkan, dan barang siapa memakai batu maka maka hendaknya membuat ganjil, dan jika salah satu di antara kalian bangun dari tidurnya maka hendaknya membasuh kedua tangannya sebelum memasukkan keduanya ke tempat air tiga kali, karena sesungguhnya salah satu di antara kalian tidak mengetahui di mana tangannya semalan.

 

وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ: فَلْيَسْتَنْشِقْ بِمِنْخَرَيْهِ مِنَ الْمَاءِ. وَفِي لَفْظٍ: مَنْ تَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْشِقْ

 

Dan di suatu lafadz bagi muslim, hendaknya menghisap air dengan hidungnya. dan di suatu lafadz: barang siapa wudlu maka hendaknya menghisap air

 

لِينْثِرْ: يعني يُخرجُ الماءَ منْ أَنفِهِ، بعدَ إِدخاله فيهِ، وهو الاستنشاقُ

 

Mengeluarkan: maksudnya mengeluarkan air dari hidungnya setelah memasukkannya, yaitu istinsyaq

استجمرَ: استعملَ الحجارةَ في مسحِ البولِ والغائطِ

 

Memakai batu: menggunakan batu untuk mengusap kencing dan kotoran

 

فلْيوتِرْ: أَيْ لِيُنْهِ استجمارَه على وِترٍ، ثلاثٍ أَوخمسٍ أَوأَكثرَ

 

Membuat ganjil: maksudnya mengakhiri pakai batunya atas ganjil, tiga atau lima atau lebih banyak

 

فَلْيَستنشقْ: الاستنشاقُ هو إِدخالُ الماء في الأَنفِ ثمَّ نثْرُهُ خارِجَهُ

 

Menghisap air: yaitu memasukkan air ke dalam hidung, lalu mengeluarkan air ke luar hidung.

Wallahu ‘alam bish-shawab. (*)

 

(* Muhammad Farid Wajdi, Guru/Pengasuh Ponpes Modern Putri IMMIM Minasatene-Pangkep.

 

 

Immim pangkep

Tulisan Lainnya

Kitab Shalat Madzhab Syafi'i
Oleh : Immim pangkep

Kitab Shalat Madzhab Syafi’i

Obat bagi Penyakit Hati
Oleh : Immim pangkep

Obat bagi Penyakit Hati

0 Komentar

KELUAR